Lomba Menulis Artikel: ANDAI AKU JADI BUPATI KLATEN oleh Nuha Fatimah Az Zahra
Hidup dan Menghidupi
Sebuah narasi perumpamaan—Andai Aku Jadi Bupati Klaten
Oleh: Nuha Fatimah Az Zahra - Universitas Brawijaya
Klaten adalah pulang. Bagi mereka yang pergi merantau meninggalkan kota bersinar
ini, atau setidaknya bagi aku yang merantau kurang lebih sejauh 365 km dari kota kelahiran
ini. Pada saat memutuskan untuk membuat tulisan ini, aku kembali bertanya-tanya pada
diriku sendiri seberapa jauh aku mengenal Klaten. Tulisan ini pula yang membuatku kembali
berkenalan ulang dengan kota kelahiranku ini. Selama aku merantau, tak jarang orang belum
mengenal Klaten. Bahkan dibeberapa kesempatan aku kewalahan harus menjelaskan dimana
letak Klaten. Percakapan sering dimulai dengan pertanyaan, “Klaten itu di mana, ya?” Dan
sering kali aku hanya bisa menjawab dengan senyum kikuk, sambil mencoba menjelaskan,
“Ya, deket Solo, sekitar sejam dari Yogyakarta...” Kadang, untuk menghindari penjelasan
panjang lebar yang tak selalu berujung pada pemahaman, aku akhirnya memilih untuk
mengaku sebagai orang Solo atau Jogja saja.
Kadang, rasanya lucu juga. Di saat orang-orang familiar dengan Solo dan Jogja,
Klaten seperti kota kecil yang terselip di antara dua kota besar itu. Akan tetapi, lahir di kota
kecil tak membuatku merasa kecil. Meski diapit dua kota besar dan hanya menjadi tempat
lalu lalang orang-orang, setiap kembali ke Klaten aku selalu disambut dengan wajah-wajah
yang selalu menyambut hangat dan tak banyak berubah. Tapi ada beberapa perasaan baru
yang muncul ketika datang kembali ke Klaten. Entah itu dari jalanan yang semakin lapang,
insfrastruktur yang semakin berkembang pesat, ataupun fasilitas-fasilitas baru yang belum
pernah aku lihat sebelumnya. Saat menuliskan ini pun aku mencoba mengingat kembali
setiap sudut Klaten, meski waktu dan jarak kadang membuatku lupa pada beberapa detail
sudutnya.
Bagiku Klaten hadir sebagai kota yang sederhana tetapi memiliki makna kehidupan
yang penuh pelajaran. Klaten punya begitu banyak keunikan. Dari candi dan situs
bersejarahnya yang merekam jejak peradaban Hindu-Buddha hingga mata air alami seperti
umbul-umbul yang unik dan indah, Klaten punya potensi wisata yang memikat. Klaten juga
memiliki tradisi dan budaya yang kaya, seperti gamelan dan wayang kulit yang
mencerminkan kehangatan masyarakatnya. Belum lagi ada sentra kerajinan, pertanian subur,
dan kuliner khas yang menambah daya tarik. Semua ini adalah kekayaan lokal yang perlu
diangkat, dirawat, dan dikembangkan untuk masa depan Klaten. Kata orang, Klaten adalah
tempat yang nyaman untuk menikmati hari tua, saking nyamannya ada juga yang bilang,
“Klaten ditinggal marai kangen, ditunggoni ora sugih-sugih” mungkin ini juga salah satu
sebab kenapa banyak orang Klaten yang pergi merantau.
Dibalik segala kenyamanan dan kesederhanaan yang disuguhkan, Klaten memiliki
banyak potensi yang seringkali diabaikan. Dalam tulisan “Andai Aku Menjadi Bupati Klaten”
aku ingin mencoba menghadirkan Klaten yang diinginkan banyak orang, Klaten yang dicintai
penduduknya dan mencintai penduduknya, serta orang-orang yang berkunjung ke Klaten bisa
jatuh cinta dengan Klaten dan ingin mengunjunginya lagi dan lagi. Narasi hidup dan
menghidupi ini lahir dari latar belakang banyaknya potensi Klaten yang belum tersentuh dan
berkelanjutan. Dalam narasi ini aku ingin memperlihatkan visi tentang Klaten yang bisa
dicintai dan dihargai, bukan hanya oleh penduduknya tetapi juga oleh orang-orang yang
berkunjung. Aku ingin Klaten bukan hanya sekedar persinggahan, tapi menjadi tempat yang
meninggalkan kesan mendalam.
Visi yang aku bayangkan untuk Klaten adalah menjadikan kota yang mandiri dan
produktif, kota yang mampu mensejahterakan penduduknya dan menjadi kebanggaan bagi
siapa pun yang datang. Visi ini mengedepankan kolaborasi di semua sektor: industri,
ekonomi, sosial, pariwisata, dan pendidikan yang saling bersinergi. Industri lokal bisa
tumbuh dengan dukungan dari ekonomi kreatif dan pariwisata, sementara sektor sosial dan
pendidikan akan memastikan keberlanjutan dan keterampilan masyarakat di era modern. Dari
candi-candi bersejarah hingga keindahan alam seperti umbul-umbul dan hamparan
persawahan, potensi alam dan budaya Klaten akan diolah untuk menghasilkan lapangan
kerja, membangun ekonomi kreatif, dan memperkaya................
Lomba Menulis Artikel: ANDAI AKU JADI BUPATI KLATEN oleh Nuha Fatimah Az Zahra selengkapnya dapat dilihat dan diunduh [DISINI]