
Memaksimalkan Bonus Demografi Dalam Upaya Penguatan Budaya Politik
Memaksimalkan Bonus Demografi Dalam Upaya Penguatan Budaya Politik (seri ketiga membangun budaya politik) Muhammad Ansori* Politik digital selain membutuhkan pemahaman dasar tentang politik digital itu sendiri – seperti telah dibahas pada seri sebelumnya, juga membutuhkan strategi terpadu yang menghubungkan potensi penduduk sumber daya manusia yang dimiliki oleh masing-masing wilayah atau organisasi pemanfaat. Mengutip laman Badan Pusat Statistik (BPS), lembaga pemerintah di bidang pencatatan data ini terakhir kali merilis data jumlah penduduk Indonesia pada 2024 yakni sebanyak 281,6 juta penduduk. Sementara rilis hasil sensus penduduk (SP2020) pada September 2020, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 270,2 juta jiwa dan pada tahun 2023, tercatat sebanyak 278,69 juta. Data lain yang dirilis Republika pada 27 Sep 2023 menunjukkan bahwa laju pertambahan penduduk ini Indonesia digadang-gadang akan meraup bonus demografi dan menikmati masa keemasan pada 2020-2045. Bonus demografi adalah kondisi demografi yang terjadi ketika jumlah penduduk yang berada dalam usia produktif yakni 15 - 65 tahun lebih besar dibandingkan usia 0 - 14 tahun dan di atas 65 tahun. Sehingga dapat dibaca bahwa bonus demografi tersebut berasal dari jumlah penduduk Indonesia yang berusia produktif (15-64 tahun) lebih besar daripada penduduk pada usia lain (usia di bawah 14 tahun dan/atau di atas 65 tahun). Proporsinya diperkirakan 70 persen berbanding 30 persen. Rentang usia tersebut merupakan usia-usia produktif yang “melek” sekaligus sebagai pemanfaat teknologi digital. Dari kacamata politik digital, fenomena ini bisa menjadi modal penting dalam rangka membangun budaya politik melalui politik digital, karena Indonesia memiliki sumber daya produktif. Akan tetapi sebaliknya, bonus demografi dapat menjadi bumerang apabila tidak ditangani dengan strategi yang baik. Misalnya, kebebasan bermedia dan berpendapat yang kebablasan atau dalam kacamata tingginya usia produktif bisa jadi ancaman atas tingginya angka pengangguran jika tidak terserap lapangan kerja. Salah satu serapan lapangan kerja adalah melalui berbagai aktifitas digital. Dengan berbagai kemungkinan tersebut, maka potensi bonus demografi ini perlu dipersiapkan dari berbagai aspek guna memaksimalkan manfaat baik dan meminimalisir dampak buruknya, diantaranya dengan beberapa hal berikut: Menanamkan dan menguatkan kecerdasan dan keadaban dalam berteknologi digital. Mungkin pemerintah atau pemangku kepentingan lain perlu investasi lebih dalam rangka mewujudkan hal tersebut. Diantaranya, pendidikan dan pelatihan tentang literasi digital kepada kaum muda mulai dari teknologi dasar hingga pada jenjang keahllian digital selanjutnya seperti coding, manajemen media sosial bahkan sampai analisa data. Program semacam ini, selain harus menjangkau kepada berbagai lapisan dan segman masyarakat dengan memprioritaskan generasi muda juga harus meerambah sampai dengan wilayah pelosok atau pinggiran. Selain itu, pendidikan dan literasi politik digital perlu digencarkan agar masyarakat lebih memahami tentang bagaimana teknologi digital dapat dimanfaatkan sebagai sarana berpartisipasi dalam politik, seperti pemahaman tentang undang-undang ITE, bahaya atas penyebaran berita palsu (hoax), kampanye daring, penerapan sistem e-governance yang aman dan andal serta membuka ruang partisipasi berpendapat dan kritik membangun melalui teknologi digital termasuk pelibatan publik dalam perumusan kebijakan, dan sebagainya. Pendidikan dan literasi politik digital juga diperlukan agar tidak terjadi mis-informasi dan dis-informasi, yang jika hal itu terjadi maka bisa mengganggu situasi sosial bahkan yang lebih dari itu adalah mengganggu kenyamanan masyarakat dan keamanan negara. Beberapa aspek penting yang harus jadi pemahaman masyarakat terutama pemilih muda bahkan calon pemilih yang bisa dimaksimalkan melalui politik digital terutama kaitannya dengan kepemiluan, diataranya: Sejarah pemilu; Sistem pemilu; Mengetahui hak dan kewajiban Pemilih; Mengenali isu-isu politik lokal maupun nasional; Cara mencegah misinformasi dan disinformasi; Mendorong dan menumbuhkan partisipasi aktif Menanamkan nilai-nilai demokrasi; Cara menangapi berbagai isu dan konten-konten negatif di berbagai platform digital Bagaimana memilih pemimpin dan sebagainya Metode pendidikan pemilih diatas bisa dilakukan melalui berbagai metode maupun platfom digital. Metode ini selain lebih efektif, up to date, efisien, juga memiliki jangkauan yang lebih luas. Pendidikan pemilih – terutama calon pemilih dan pemilih muda sebagai salah satu unsur penting dalam kehidupan politik, perlu mendapat perhatian lebih karena pendidikan pemilih yang menyasar generasi muda dan calon pemilih merupakan merupakan investasi penting bagi keberhasilan demokrasi. Pendidikan pemilih yang efektif dapat meningkatkan partisipasi pemilih, kualitas demokrasi, serta menguatkan penyelenggaraan pemilu yang berintegritas. Kesetaraan akses digital. Sebagai upaya memenuhi kesetaraan akses digital, maka perlu juga membangun sarana dan infrastruktur digital secara merata untuk memastikan konektivitas yang memadai. Untuk hal ini, alur informasi dan Pembangunan perlu dilakukan secara adil dan merata. Analisa data digital. Satu diantara sekian manfaat pentingnya analisa data adalah untuk mengetahui tren sosial dan politik sehingga bisa dijadikan pertimbangan saat melakukan identifikasi masalah juga membuat Keputusan-keputusan politik sehingga lebih dekat dengan keinginan masyarakat. Pemanfaat dari analisa data digital semacam ini diutamakan pada lembaga yang berkecimpung di dunia politik kepemiluan seperti Pemerintah, KPU, Bawaslu, DKPP, maupun partai politik agar program dan kebijakan selaras, efektif, efisien dan bermanfaat dengan keinginan masyarakat. Partai politik juga penting melakukan dan memanfaatkan analisa data digital agar ketika menentukan program serta melakukan kampanye politik lebih efektif, sesuai sasaran dan bertarget dengan tujuan agar partai politik tersebut mendapat simpati dan dukungan dari masyarakat. Mempersiapkan problem solving atas berbagai kemungkinan negatif Seperti telah disinggung pada paragraf awal bahwa kemajuan teknologi dan bonus demografi bisa saja berpotensi membawa dampak negatif jika tidak dilakukan penyiapan, antisipasi serta pemecahan atas kemungkinan permasalahan yang akan terjadi. Selain beberapa diantaranya telah disebutkan diatas, upaya antisipatif yang harus dilakukan adalah kemudahan penggunaan sekaligus upaya pengamanan sistem. Perkembangan dunia digital dengan berbagai kemudahannya selalu beriringan dengan meningkatnya upaya “kejahatan” melalui digital, seperti pencurian data untuk digunakan secara tidak bertanggungjawab, penipuan, adu domba, penyebaran paham yang berlawanan dengan system tata kemasyarakatan dan kenegaraan kita. Masih ada banyak hal lain yang perlu dipersiapkan dan dilakukan sebagai upaya menghadapi perkembangan dan perubahan teknologi digital yang mau tidak mau kita harus terlibat karena kita sudah berada di masa tersebut, dan semua diawali dari merevolusi cara pandang dan cara pikir kita dalam berpolitik. Pemahaman tentang dinamika dan implikasinya sangat penting bagi semua pemangku kepentingan, termasuk warga negara, partai politik, dan pemerintah. Penting untuk memanfaatkan potensi positif politik digital sambil mengatasi tantangan yang muncul untuk memastikan demokrasi yang sehat dan berkelanjutan agar Budaya Politik terwujud. *Kadiv. Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat, Humas dan SDM KPU Kabupaten Klaten